Makalah Las Listrik & Las Gas


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, lantaran atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis sanggup menuntaskan makalah las listrik dan las gas ini. Penulis juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada segenap pihak dikarenakan telah banyak membantu sehingga makalah ini sanggup terselesaikan sebagaimana mestinya. Makalah las listrik dan las gas ini disusun berdasarkan apa yang penulis dapatkan dari pembelajaran las listrik dan las gas serta dari banyak sekali acuan yang penulis dapatkan. Dengan tersusunnya makalah ini, penulis berharap supaya kiranya ini sanggup digunakan sebagai salah satu sumber penambah ilmu, wawasan, dan pengetahuan. Disamping itu penulis mengharapkan bahwa makalah ini tidak hanya sebagai tambahan kiprah saja melainkan sanggup disebut sebagai hasil karya yang setidaknya, dipelihara dan digunakan sebagaimana mestinya. Akhirnya penulis sadar bahwa makalah ini belumlah sempurna, oleh lantaran itu demi kesempurnaan makalah yang akan dibuat berikutnya, penulis sangat mengharapkan saran serta tunjangan maupun kritik yang sifatnya membangun dari para pembaca sehingga dengan semua itu kesempurnaan makalah ini sanggup tercapai.

Penulis

_______


BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Dengan semakin berkembangnya teknologi industry ketika ini, tidak bisa mengesampingkan pentingnya penggunaan logam sebagai komponen utama produksi suatu barang, mulai dari kebutuhan yang paling sederhana menyerupai alat-alat rumah tangga hingga konstruksi bangunan dan konstruksi permesinan. Hal ini mengakibatkan pemakaian bahan-bahan logam menyerupai besi cor, baja, aluminium dan lainnya menjadi semakin meningkat. Sehingga sanggup dikatakan tanpa pemanfaatan logam, kemajuan peradaban manuasia mustahil terjadi. Dengan kemampuan akalnya, insan bisa memanfaatkan logam sebagai alat bantu kehidupannya yang sangat vital. Berbagai macam konstruksi mesin, bangunan dan lainnya sanggup tercipta dengan adanya logam. Logam tersebut menimbulkan kebutuhan akan teknologi perakitan atau penyambungan. Salah satu teknologi penyambungan tersebut yaitu dengan pengelasan. Teknik penyambungan logam sesungguhnya terbagi dalam dua kelompok besar, yaitu : 
1. Penyambungan sementara (temporary joint), yaitu teknik penyambunganlogam yang sanggup dilepas kembali. 
2. Penyambungan tetap (permanen joint), yaitu teknik penyambungan logam dengan cara mengubah struktur logam yang akan disambung dengan penambahan logam pengisi. Termasuk dalam kelompok ini yaitu solder, brazing dan pengelasan. Dari teknik tersebut dijadikan sebagai dasar dibentuknya benda-benda logam menyerupai yang dimaksud pada uraian diatas. Dalam hal ini proses pengelasan terdiri dari las listrik dan las gas.

B. SASARAN 
Sasaran dari pembuatan makalah ini yaitu semua sector dimana orang-orang yang terkait dalam praktik industry khususnya dalam lingkup Akademi Teknik Soroako. Dengan target utama yaitu mahasiswa dan mahasiswi yang berperan penting dalam acara praktik di bengkel khususnya Pengelasan yakni Las listrik dan las gas.


C. MAKSUD DAN TUJUAN
 Maksud dan tujuan dibuatnya makalah ini merupakan kiprah utama dalam mengisi nilai akademik pelajaran teknologi manufaktur yakni las listrik dan las gas. Selain itu, sesuai target yang dikemukakan diatas, sebagian besar tujuan dibuatnya makalah ini ialah membagi pengetahuan serta membantu rekan-rekan mahasiswa/mahasiswi Akademi Teknik Soroako yang kurang memahami mengenai las listrik dan las gas, dimana diharapkan dengan itu mahasiswa sanggup menguasai teori pengelasan sehingga nantinya sanggup diaplikasikan dalam proses praktik di bengkel.


BAB II ISI MAKALAH

A. LAS LISTRIK
 1. Pengertian las listrik Pengelasan yaitu suatu proses penyambungan logam dimana logam menjadi satu jawaban panas dengan atau tanpa tekanan, atau sanggup didefinisikan sebagai jawaban dari metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara atom. Sebelum atomatom tersebut membentuk ikatan, permukaan yang akan menjadi satu perlu bebas dari gas yang terserap atau oksida-oksida. 
2. Mesin las listrik Mesin las merupakan sumber tenaga yang memberi jenis tenaga listrik yang diharapkan serta tegangan yang cukup untuk terus melangsungkan suatulengkung listrik las. Sumber tenaga mesin las sanggup diperoleh dari: Motor bensin atau diesel Gardu induk Tegangan pada mesin las listrik biasanya : 110 volt 220 volt 380 volt Antara jaringandengan mesin las pada bengkel terdapat saklar pemutus. Mesin las digerakkan dengan motor, cocok digunakan untuk pekerjaan lapangan atau pada bengkel yang tidak mempunyai jaringan listrik. Busur nyala terjadi apabila dibuat jarak tertentu antara elektroda dengan benda kerja dan kabel massa dijepitkan ke benda kerja. Jenis-jenis mesin las las listrik terbagi atas : Mesin las listrik – Transformator arus bolak-balik (AC) Mesin ini memerlukan sumber arus bolak-balik dengan tegangan yang lebih rendah pada lengkung listrik.


Keuntungan – laba mesin las AC antara lain : Busur nyala kecil, sehingga memperkecil kemungkinan timbunya keropos pada rigi-rigi las Perlengkapan dan perawatan lebih murah Mesin las listrik – Rectifier arus searah (DC) Mesin ini mengubah arus listrik bolak-balik (AC) yang masuk, menjadi arus listrik searah (DC) keluar. Pada mesin AC, kabel masa dan kabel elektroda sanggup dipertukarkan tanpa

mensugesti perubahan panas yang timbul pada busur nyala. Keuntungan-keuntungan mesin las DC antara lain : Busur nyala stabil Dapat menggunakan elektroda bersalut dan tidak bersalut Dapat menggunakan elektroda bersalut dan tidak bersalut Dapat mengelas pelat tipis dalam kekerabatan DCRP Dapat digunakan untuk mengelas pada tempat-tempat yang lembab dan sempit 
3. Pengkutuban elektroda Pengkutuban Langsung Pada pengkutuban langsung, kabel elektroda dipasang Pada terminal negatif dan . kabel massa pada terminal positif. Pengkutuban pribadi sering disebut sebegai sirkuit las listrik dengan elektroda negatif. (DC-).

Pengkutuban terbalik Untuk pengkutuban terbalik, kabel elektroda dipasang pada terminal positif dan kabel massa dipasang pada terminal negative. Pengkutuban terbalik sering disebut sirkuit las listrik dengan elektroda positif (DC+)


4. Pengaruh pengkutuban pada hasil las Pemilihan jenis arus maupun pengkutuban pada pangelasan bergantung kepada : Jenis materi dasar yang akan dilas Jenis elektroda yang dipergunakan Pengaruh pengkutuban pada hasil las yaitu pada penembusan lasnya. Pengkutuban pribadi akan menghasilkan penembusan yang dangkal sedangkan Pada pengkutuban terbalik akan terjadi sebeliknya. Pada arus bolak-balik penembusan yang dihasilkan antara keduanya. 
5. Tegangan dan arus listrik pada mesin las Volt yaitu suatu satuan tegangan listrik yang sanggup diukur dengan suatu alat voltmeter. Tegangan diantara elektroda dan materi dasar menggerakkan electron-elektron melintasi busur. Ampere yaitu jumlah arus listrik yang mengalir yang sanggup diukur dengan amperemeter. Lengkung listrik yang panjang akan menurunkan arus dan menaikkan tegangan.

6. Perlengkapan Las listrik Kabel Las Kabel las biasanya dibuat dari tembaga yang dipilin dan dibungkus dangan karet isolasi Yang disebut kabel las ada tiga macam yaitu :


kabel elektroda kabel massa kabel tenaga, Kabel elektroda yaitu kabel yang pesawat menghubungkan las dengan  elektroda. Kabel massa menghubungkan pesawat las dengan benda kerja. Kabel tenaga yaitu kabel yang menghubungkan sumber tenaga atau jaringan listrik dengan pesawat las. Kabel ini biasanya terdapat pada pesawat las AC atau AC DC. Pemegang elektroda Ujung yang tidak berselaput dari elektroda dijepit dengan pemegang elektroda.
Pemegang elektroda terdiri dari lisan penjepit dan pegangan yang dibungkus oleh materi penyekat. Pada waktu berhenti atau selesai mengelas, penggalan pegangan yang tidak bekerjasama dengan kabel digantungkan pada gantungan dari materi fiber atau kayu. Palu Las Palu Ias digunakan untuk melepaskan dan mengeluarkan terak las pada jalur Ias dengan jalan memukulkan atau menggoreskan pada tempat las. Berhati-hatilah membersihkan terak Ias dengan palu Ias lantaran kemungkinan akan memercik ke mata atau ke penggalan tubuh lainnya. 
Sikat Kawat Dipergunakan untuk : 
• Membersihkan benda kerja yang akan dilas 
• Membersihkan terak Ias yang sudah lepas dari jalur las oleh pukulan palu las.
Klem Massa Klem massa yaitu suatu alat untuk menghubungkan kabel massa ke benda kerja. Biasanya klem massa dibuat dari materi dengan penghantar listrik yang baik menyerupai Tembaga supaya arus listrik sanggup mengalir dengan baik, klem massa ini dilengkapi dengan pegas yang kuat. Yang sanggup menjepit benda kerja . Walaupun demikian permukaan benda kerja yang akan dijepit dengan klem massa harus dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran-kotoran menyerupai karat, cat, minyak.
Tang Penjepit Penjepit (tang) digunakan untuk: memegang atau memindahkan benda kerja yang masih panas.


7. Teknik dasar Pengelasan Pembentukan busur listrik pada proses penyulutan Pada pembentukan busur listrik elektroda keluar dari kutub negatif (katoda) dan mengalir dengan kecepatan tinggi ke kutub positif (anoda).

Dari kutub positif mengalir partikel positif (ion positif) ke kutub negatif. Melalui proses ini ruang udara diantara anoda dan katoda (benda kerja dan elektroda) dibuat untuk menghantar arus listrik (diionisasikan) dan dimungkinkan pembentukan busur listrik. Sebagai arah arus berlaku arah gerakan ion-ion positif. Jika elektroda contohnya dihubungkan dengan kutub negatif sumber arus searah, maka arah arusnya dari benda kerja ke elektroda. Setelah arus elektroda didekatkan pada lokasi jalur sambungan disentuhkan dan diangkat kembali pada jarak yang pendek (garis tengah elektroda).  Kawat inti Selubung elektroda Busur listrik Pemindahan logam Gas pelindung Terak Kampuh las

Dengan penyentuhan singkat elektroda logam pada penggalan benda kerja yang akan dilas,berlangsung kekerabatan singkat didalam rangkaian arus pengelasan, suatu arus listrik yang kekuatannya tinggi mengalir, yang setelah pengangkatan elektroda itu dari benda kerja menembus celah udara, membentuk busur cahaya diantara elektroda dengan benda kerja, dan dengan demikian tetap mengalir.Suhu busur cahaya yang demikian tinggi akan segera melelehkan ujung elektroda dan lokasi pengelasan. Didalam rentetan yang cepat partikel elektroda menetes, mengisi penuh celah sambungan las dan membentuk kepompong las. Proses pengelasan itu sendiri terdiri atas kekerabatan singkat yang terjadi sangat cepat jawaban pelelehan elektroda yang terus menerus menetes.


Proses Penyulutan Setelah arus dijalankan, elekteroda didekatkan pada lokasi jalur sambungan disentuhkan sebentar dan diangkat kembali pada jarak yang pendek (garis tengah elektroda). Menyalakan busur listrik Untuk memperoleh busur yang baik di perlukan pangaturan arur (ampere) yang tepat sesuai dengan type dan ukuran elektroda, Menyalahkan busurd apat dilakukan dengan 2 (dua) cara yakni : Bila pesawat Ias yang digunakan pesewat Ias AC, menyalakan busur dilakukan dengan menggoreskan elektroda pada benda kerja. Untuk menyalakan busur pada pesawat Ias DC, elektroda disentuhkan.

Bila elektroda harus diganti sebelum pangelasan selesai, maka untuk melanjutkan pengelasan, busur perlu dinyalakan lagi. Menyalakan busur kembali ini dilakukan pada tempat kurang lebih 26 mm dimuka las berhenti menyerupai pada gambar. Jika busur berhenti di B, busur dinyalakan lagi di A dan kembali ke B untuk melanjutkan pengelasan. Bilamana busur sudah terjadi, elektroda diangkat sedikit dari pekerjaan hingga jaraknya ± sama dengan diameter elektroda. Untuk elektroda diameter 3,25 mm, jarak ujung elektroda dengan permukaan materi dasar ± 3,25 mm. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan : 
• Jika busur nyala terjadi, tahan sehingga jarak ujung elektroda ke logam induk besarnya sama dengan diameter dari penampang elektroda dan geser posisinya ke sisi logam induk. 
• Perbesar jarak tersebut(perpanjang nyala busur) menjadi dua kalinya untuk memanaskan logam induk. • Kalau logam induk telah sebagian mencair, jarak elektroda dibuat sama dengan garis tengah penampang tadi.


Memadamkan busur listrik Cara pemadaman busur listrik mempunyai efek terhadap mutu penyambungan maniklas. Untuk mendapat sambungan maniklas yang baik sebelum elektroda dijauhkan dari logam induk sebaiknya panjang busur dikurangi lebih dahulu dan gres kemudian elektroda dijauhkan dengan arah agak miring. Pengaruh panjang busur pada hasil las. Panjang busur (L) Yang normal yaitu kurang lebih sama dengan diameter (D) kawat inti elektroda.
 • Bila panjang busur tepat (L = D), maka cairan elektroda akan mengalir dan mengendap dengan baik. Hasilnya : rigi-rigi las yang halus dan baik. tembusan las yang baik perpaduan dengan materi dasar baik percikan teraknya halus. 
• Bila busur terlalu panjang (L > D), maka timbul bagian-bagian yang berbentuk bola dari cairan elektroda. Hasilnya : rigi-rigi bernafsu  tembusan las dangkal percikan teraknya bernafsu keluar jalur las. 
• Bila busur terlalu pendek, akan sukar memeliharanya, bisa terjadi pembekuan ujung elektroda pada pengelasan (lihat gambar 158 c). hasilnya : rigi las tidak merata tembusan las tidak baik percikan teraknya bernafsu dan berbentuk bola. dan dari las Pengaruh Besar Arus Besar arus pada pengelasan mensugesti hasil las. Bila arus terlalu rendah sukarnya akan mengakibatkan busur Penyalaan listrik dan busur listrik yang terjadi tidak stabil. Panas yang terjadi tidak cukup untuk melelehkan elektroda dan materi dasar sehingga hasilnya merupakan rigi-rigi las yang kecil dan tidak rata serta penembusan yang kurang dalam.  Sebaliknya bila arus terlalu besar maka elektroda akan mencair terlalu cepat dan menghasilkan permukaan las yang lebih lebar dan penembusan yang dalam. Besar arus untuk pengelasan tergantung pada jenis kawat las yang dipakai, posisi pengelasan serta tebal materi dasar. Pengaruh Kecepatan elektroda pada hasil pengelasan Kecepatan pengelasan tergantung pada jenis elektroda, diameter inti elektroda, materi yang dilas, geometri sambungan, ketelitian sambungan dan lainlainnya. Dalam hampir tidak ada hubungannya dengan tegangan las tetapi berbanding lurus dengan arus las. Karena itu pengelasan yang cepat memerlukan arus las yang tinggi. Bila tegangan dan arus dibuat tetap, sedang kecepatan pengelasan dinaikkan maka jumlah deposit per satuan panjang las jadi menurun. Tetapi di samping itu hingga pada suatu kecepatan tertentu, kenaikan kecepatan akan memperbesar penembusan. Bila kecepatan pengelasan dinaikkan terus maka masukan panas per satuan panjang juga akan menjadi kecil, sehingga pendinginan akan berjalan terlalu cepat yang mungkin sanggup memperkeras tempat HAZ Pada umumnya dalam pelaksanaan kecepatan selalu diusahakan setinggitingginya tetapi masih belum merusak kwalitas manik las. Pengalaman juga memperlihatkan bahwa makin tinggi kecepatan makin kecil perubahan bentuk yang terjadi. Kecepatan pengelasan yang rendah akan mengakibatkan pencairan yang banyak dan pembentukan manik datar yang sanggup menimbulkan terjadinya lipatan manik. Sedangkan kecepatan yang tinggi akan menurunkan lebar manik dan mengakibatkan terjadinya bentuk manik yang cekung dan takik, terlihat menyerupai gambar dibawah ini.

Pendinginan
Lamanya pendinginan dalam suatu tempat temperatur tertentu dari suatu siklus termal las sangat mensugesti kwalitas

sambungan. Karena itu banyak sekali usaha-usaha pendekatan

untuk memilih lamanya waktu pendinginan tersebut. Pendekatan ini biasanya dinyatakan dalam bentuk rumus empiris atau

nomograf atau tabel menyerupai yang terlihat dalam tabel dibawah ini. Struktur mikro dan sifat mekanik
o

dari

daerah

HAZ

sebagian besar tergantung pada lamanya pendinginan dari temperatur 800 oC samapi 500 C. Sedangkan retak dingin, dimana hidrogen memegang peranan penting, terjadinya sangat tergantung oleh lamanya pendin ginan dari temperatur 800 oC hingga 300 oC atau 100 oC


Elektroda Klasifikasi Elektroda Elektroda baja lunak dan baja paduan rendah untuk las busur listrik manurut pembagian terstruktur mengenai AWS (American Welding Society) dinyatakan dengan tanda E XXXX yang artInya sebagai berikut : E menyatakan elaktroda busur listrik XX (dua angka) setelah E menyatakan kekuatan tarik deposit las dalam ribuan Ib/in2 lihat table. X (angka ketiga) menyatakan posisi pangelasan. angka 1 untuk pengelasan segala posisi. angka 2 untuk pengelasan posisi datar di bawah tangan X (angka keempat) menyataken jenis selaput dan jenis arus yang cocok digunakan untuk pengelasan lihat table. Contoh : E 6013 Artinya: Kekuatan tarik minimum den deposit las yaitu 60.000 Ib/in2 atau 42 kg/mm2 Dapat digunakan untuk pengelasan segala posisi Jenis selaput elektroda Rutil-Kalium dan pengelasan dengan arus AC atau DC + atau DC • Elektroda Baja Lunak •
1. E 6010 dan E 6011

Elektroda ini yaitu jenis elektroda selaput selulosa yang sanggup digunakan untuk pengelesan dengan penembusan yang dalam. Pengelasan sanggup pada segala posisi dan terak yang tipis sanggup dengan gampang dibersihkan. Deposit las biasanya mempunyai sifat sifat mekanik yang baik dan sanggup digunakan untuk pekerjaan dengan pengujian Radiografi. Selaput selulosa dengan kebasahan 5% pada waktu pengelasan akan menghasilkan gas pelindung. E 6011 mengandung Kalium untuk mambantu menstabilkan busur listrik bila digunakan arus AC. • . E 6012 dan E 6013 Kedua elektroda ini termasuk jenis selaput rutil yang sanggup manghasilkan penembusan sedang. Keduanya sanggup digunakan untuk pengelasan segala posisi, tetapi kebanyakan jenis E 6013 sangat baik untuk posisi


pengelesan tegak arah ke bawah. Jenis E 6012 umumnya sanggup digunakan pada ampere yang relatif lebih tinggi dari E 6013. E 6013 yang mengandung lebih benyak Kalium memudahkan pemakaian pada voltage mesin yang rendah. Elektroda dengan diameter kecil kebanyakan digunakan untuk pangelasan pelat tipis. • 3. E 6020 Elektroda jenis ini sanggup menghasilkan penembusan las sedang dan teraknya gampang dilepas dari lapisan las. Selaput elektroda terutama mengandung oksida besi dan mangan. Cairan terak yang terlalu cair dan gampang mengalir menyulitkan pada pengelasan dengan posisi lain dari pada bawah tangan atau datar pada las sudut. • Elektroda Berselaput Elektroda berselaput yang digunakan pada Ias busur listrik mempunyai perbedaan komposisi selaput maupun kawat Inti. Pelapisan fluksi pada kawat inti sanggup dengah cara destrusi, semprot atau celup. Ukuran standar diameter kawat inti dari 1,5 mm hingga 7 mm dengan panjang antara 350 hingga 450 mm. Jenisjenis selaput fluksi pada elektroda contohnya selulosa, kalsium karbonat (Ca C03), titanium dioksida (rutil), kaolin, kalium oksida mangan, oksida besi, serbuk besi, besi silikon, besi mangan dan sebagainya dengan persentase yang berbeda-beda, untuk tiap jenis elektroda.

Tebal selaput elektroda berkisar antara 70% hingga 50% dari diameter elektroda tergantung dari jenis selaput. Pada waktu pengelasan, selaput elektroda ini akan turut mencair dan menghasilkan gas CO2 yang melindungi cairan las, busur listrik dan sebagian benda kerja terhadap udara luar. Udara luar yang mengandung O2 dan N akan sanggup mensugesti sifat mekanik dari logam Ias. Cairan selaput yang disebut terak akan terapung dan membeku melapisi permukaan las yang masih panas. • Elektroda dengan selaput serbuk besi Selaput elektroda jenis E 6027, E 7014. E 7018. E 7024 dan E 7028 mengandung serbuk besi untuk meningkatkan efisiensi pengelasan. Umumnya selaput elektroda akan lebih tebal dengan bertambahnya persentase serbuk besi. Dengan adanya serbuk besi dan bertambah tebalnya selaput akan memerlukan ampere yang lebih tinggi.


• Elektroda Hydrogen rendah Selaput elektroda jenis ini mengandung hydrogen yang rendah (kurang dari 0,5 %), sehingga deposit las juga sanggup bebas dari porositas. Elektroda ini digunakan untuk pengelasan yang memerlukan mutu tinggi, bebas porositas, misalnye untuk pengelasan ember dan pipa yang akan mengalami tekanan Jenis-jenis elektroda hydrogen rendah contohnya E 7015, E 7016 dan E 7018. • Elektroda untuk besi tuang • Elektroda baja Elektroda jenis ini bila digunakan untuk mengelas besi tuang akan menghasilkan deposit las yang berpengaruh sehingga tidak sanggup dikerjakan dengan mesin. Dengan demikian elektroda ini digunakan bila hasil las tidak dikerjakan lagi. Untuk mengelas besi tuang dengan elektroda baja sanggup digunakan pesawat las AC atau DC kutub terbalik. • Elektroda Nikel Elektroda jenis ini digunakan untuk mengelas besi tuang, bila hasil las masih dikerjakan lagi dengan mesin. Elektroda nikel sanggup digunakan dalam sagala posisi pengelasan. Rigi-rigi las yang dihasilkan elektroda ini pada besi tuang yaitu rata dan halus bila digunakan pada pesawat las DC kutub terbalik. Karakteristik elektroda nikel sanggup dilihat pada tabel dibawah ini. • Elektroda Perunggu Hasil las dengan menggunakan elektroda ini tahan terhadap retak, sehingga panjang las sanggup ditambah. Kawat inti dari elektroda dibuat dari perunggu fosfor dan diberi selaput yang menghasilkan busur stabil. • Elektroda untuk aluminium Aluminium sanggup dilas listrik dengan elektroda yang dibuat dari logam yang sama. Pemilihan elektroda aluminium yang sesuai dengan pekerjaan didasarkan pada tabel keterangan dari pabrik yang membuatnya. Elektroda aluminium AWS-ASTM AI-43 untuk las busur listrik yaitu dengan pasawat las DC kutub terbalik dimana pemakaian arus dinyatakan dalam tabel berikut.


• Elektroda untuk pelapis keras • Elektroda tahan kikisan Elektroda jenis ini dibuat dari tabung chrom karbida yang diisi dengan serbuk-serbuk karbida. Elektroda dengan diameter 3,25 mm - 6,5 mm digunakan peda pesawat las AC atau DC kutub terbalik.

Elektroda ini sanggup digunakan untuk pelapis keras permukaan pada sisi potong yang tipis, peluas lubang dan beberapa type pisau. • Elektroda tahan pukulan Elektroda ini sanggup digunakan pada pesawat las AC atau DC kutub terbalik. Dipakai untuk pelapis keras penggalan pemecah dan palu. • Elektroda tahan keausan Elektroda ini dibuat dari paduan-paduan non ferro yang mengandung Cobalt, Wolfram dan Chrom. Biasanya digunakan untuk pelapis keras permukaan katup buang dan dudukan katup dimana temperatur dan keausan sangat tinggi. Macam-macam gerakan elektroda • Gerakan arah turun sepanjang sumbu elektroda. Gerakan ini dilakukan untuk mengatur jarak busur listrik supaya tetap. • Gerakan ayunan elektroda. Gerakan ini diharapkan untuk mengatur lebar jalur las yang dikehendaki. Ayunan keatas menghasilkan alur las yang kecil, sedangkan ayunan kebawah menghasilkan jalur las yang lebar. Penembusan las pada ayunan keatas lebih dangkal daripada ayunan kehawah. Ayunan segitiga digunakan pada jenis elektroda Hydrogen rendah untuk mendapat penembusan las yang baik diantara dua celah pelat. Beberapa bentuk-bentuk ayunan diperlihatkan pada gambar dibawah ini. Titiktitik pada ujung ayunan menyatakan supaya gerakan las berhenti sejenak pada tempat tersebutL untuk memberi kesempatan pada cairan las untuk mengisi celah sambungan. Tembusan las yang dihasilkan dengan gerekan ayun tidak sebaik dengan gerakan lurus elektroda. Waktu yang diharapkan untuk gerakan ayun lebih lama, sehingga sanggup menimbulkan pemuaian atau perubahan bentuk dari


materi dasar. Dengan alasan ini maka penggunaan gerakan ayun harus memperhatikan tebal materi dasar. Alur Spiral

Alur Zig-zag


Alur segitiga • Posisi pengelasan • Posisi di bawah tangan Posisi bawah tangan merupakan posisi pengelasan yang paling gampang dilakukan. Oleh alasannya yaitu itu untuk menuntaskan setiap pekerjaan pengelasan sedapat meungkin di usahakan pada posisi dibawah tangan. Kemiringan elektroda 10 derajat – 20 derajat terhadap garis vertical kea rah jalan elektroda dan 70 derajat-80 derajat terhadap benda kerja. • Posisi tegak (vertical) Mengelas posisi tegak yaitu apabila dilakukan arah pengelasannya keatas atau ke bawah. Pengelasan ini termasuk pengelasan yang paling sulit lantaran materi cair yang mengalir atau menumpuk diarah bawah sanggup diperkecil


dengan kemiringan elektroda sekitar 10 derajat-15 derajat terhadapvertikal dan 70 derajat-85 derajat terhadap benda kerja. • Posisi datar (horizontal) Mengelas dengan horizontal biasa disebut juga mengelas merata dimana kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda mengikuti horizontal. Sewaktu mengelas elektroda dibuat miring sekitar 5 derajat – 10 derajat terhadap garis vertical dan 70 derajat – 80 derajat kearah benda kerja. • Posisi di atas kepala (Overhead) Posisi pengelasan ini sangat sulit dan berbahaya lantaran materi cair banyak berjatuhan sanggup mengenai juru las, oleh lantaran itu diharapkan perlengkapan yang serba lengkap. Mengelas dengan posisi ini benda kerja terletak pada penggalan atas juru las dan kedudukan elektroda sekitar 5 derajat – 20 derajat terhadap garis vertical dan 75 derajat-85 derajat terhadap benda kerja.

Posisi datar (1G) Pada posisi ini sebaiknya menggunakan metode weaving yaitu zigzag dan setengah bulan Untuk jenis sambungan ini sanggup dilakukan penetrasi pada kedua sisi, tetapi sanggup juga dilakukan penetrasi pada satu sisi saja. Type posisi datar (1G) didalam pelaksanaannya sangat mudah. Dapat diapplikasikan pada material pipa dengan jalan pipa diputar. Posisi horizontal (2G)


Pengelasan pipa 2G yaitu pengelasan posisi horizontal, yaitu pipa pada posisi tegak dan pengelasan dilakukan secara horizontal mengelilingi pipa. Kesulitan pengelasan posisi horizontal yaitu adanya gaya gravitasi akhirnya cairan Adapun las akan posisi selalu sudut kebawah. electrode

pengelasan pipa 2G yaitu 90ยบ Panjang gerakan elektrode antara 1-2 kali diameter elektrode. Bila terlalu panjang sanggup menimbulkan kurang baiknya mutu las. Panjang busur diusahakan sependek mungkin yaitu ½ kali diameter elektrode las. Untuk pengelasan pengisian dilakukan dengan gerakan melingkar dan diusahakan sanggup mengkremasi dengan baik pada kedua sisi kampuh supaya tidak terjadi cacat. Gerakan menyerupai ini diulangi untuk pengisian berikutnya. Posisi vertikal (3G) Pengelasan posisi 3G dilakukan pada material plate. Posisi 3G ini dilaksanakan elektrode pada vertikal. plate dan

Kesulitan

pengelasan ini hampir sama dengan posisi 2G jawaban gaya gravitasi cairan elektrode las akan selalu kebawah.

Posisi horizontal pipa (5G) Pada pengelasan posisi 5G dibagi menjadi 2, yaitu : 1. Pengelasan naik Biasanya dilakukan pada pipa yang mempunyai dinding teal lantaran membutuhkan panas yang tinggi. Pengelasan arah naik rendah

kecepatannya

lebih

dibandingkan pengelasan dengan arah turun, sehingga panas masukan tiap


satuan luas lebih tinggi dibanding dengan pengelasan turun. Posisi pengelasan 5G pipa diletakkan pada posisi horizontal tetap dan pengelasan dilakukan mengelilingi pipa tersebut. Supaya hasil pengelasan baik, maka diharapkan las kancing (tack weld) pada posisi jam 5-8-11 dan 2. Mulai pengelasan pada jam 5.30 ke jam 12.00 melalui jam 6 dan kemudian dilanjutkan dengan posisi jam 5.30 ke jam 12.00 melalui jam 3. Gerakan elektrode untuk posisi root pass (las akar) yaitu berbentuk segitiga teratur dengan jarak busur ½ kali diameter elektrode. 2. Pengelasan turun Biasanya dilakukan pada pipa yang tipis dan pipa jalan masuk minyak serta gas bumi. Alasan penggunaan las turun lebih menguntungkan dikarenakan lebih cepat dan lebih ekonomis. Pengelasan posisi Fillet Pengelasan fillet juga disebut sambungan T.joint pada posisi cairan las-lasan diberikan pada posisi menyudut. Pada

sambungan ini terdapat diantara material pada posisi mendatar dan posisi tegak. Posisi

sambungan ini termasuk posisi sambungan yang relative

mudah, namun hal yang perlu diperhatikan pada sambungan ini yaitu kemiringan elektroda, gerakan ayunan tergantung pada kondisi atau kebiasaan operator las.


8. Perlengkapan Keselamatan Kerja Helm Las Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan mata dari sinar las (sinar ultra violet dan ultra merah) yang sanggup merusak kulit maupun mata,Helm las ini dilengkapi dengan beling khusus yang sanggup mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah tersebut. Sinar Ias yang sangat terang/kuat itu dihentikan dilihat dangan mata pribadi hingga jarak 16 meter. Oleh lantaran itu pada ketika mengelas harus mengunakan helm/kedok las yang sanggup menahan sinsar las dengan beling las. Ukuran beling Ias yang digunakan tergantung pada pelaksanaan pengelasan. Umumnya penggunaan beling las yaitu sebagai berikut: No. 6. digunakan untuk Ias titik No. 6 dan 7 untuk pengelasan hingga 30 amper. No. 6 untuk pengelasan dari 30 hingga 75 amper. No. 10 untuk pengelasan dari 75 hingga 200 amper. No. 12. untuk pengelasan dari 200 hingga 400 amper. No. 14 untuk pangelasan diatas 400 amper. Untuk melindungi beling penyaring ini biasanya pada penggalan luar maupun dalam dilapisi dengan beling putih. Sarung Tangan (Welding Gloves) Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan memegang pemegang elektroda. Pada waktu mengelas harus selalu digunakan sepasang sarung tangan.

Apron Apron adalan alat pelindung tubuh dari percikan bunga api yang dibuat dari kulit atau dari asbes. Ada beberapa jenis/bagian apron : apron lengan apron lengkap apron dada Sepatu Las Sepatu las mempunyai kegunaan untuk melindungi kaki dari semburan bunga api, Bila tidak ada sepatu las, sepatu biasa yang tertutup seluruhnya sanggup juga dipakai


asker Las Ma Jik tidak mem ka mungkinkan adanya kam las dan v mar ventilasi yan baik, ma gunakan ng aka nlah masker las, supaya te erhindar dar asap dan debu las yang beracun. ri d g

amar Las Ka Kamar Ias dib buat dari materi tahan. .api. Kamar las pentin supaya ora r ng ang yang ad da disekitarn tidak terg nya ganggu oleh cahaya las. h Untuk me engeluarkan gas, sebaikn kamar l dilengkap las pi nya dangan si istim ventila Didalam kamar las ditempatka asi: m s an meja Ias. Meja las h . harus higienis dari materi h n-bahan yan ng gampang terbakar supaya terhind dar dari kemungkina an

a n kan as ga terjadinya kebakaran oleh percik terak la dan bung api.

Jak Las ket Jak pelindung badan+tan ket g ngan yang teb dari kul buat lit/asbes


B. LAS GAS ( OKSI - ASETILIN ) 1. Pengertian Las Oksi-Asetilin Las Oksi asetilin yaitu pengelasan yang dilaksanakan dengan pencampuran 2 jenis gas sebagai pembentuk nyala api dan sebagai sumber panas. Dalam proses las gas ini, gas yang digunakan yaitu adonan dari gas Oksigen (O2) dan gas lain sebagai gas materi bakar (fuel gas). Gas materi bakar yang paling popular dan paling banyak digunakan dibengkel-bengkel yaitu gas Asetilen ( dari kata “acetylene”, dan mempunyai rumus kimia C2H2 ). Gas ini mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan gas materi bakar lain. Kelebihan yang dimiliki gas Asetilen antara lain, menghasilkan temperature nyala api lebih tinggi dari gas materi bakar lainya, baik bila dicampur dengan udara ataupun Oksigen.

2. Bahan Bakar Gas Asetilin ( C2H2 ) Asetilena (Nama sistematis: etuna) yaitu suatu hidrokarbon yang tergolong kepada alkuna, dengan rumus C2H2. Asetilena merupakan alkuna yang paling sederhana, lantaran hanya terdiri dari dua atom karbon dan dua atom hidrogen. Pada asetilena, kedua karbon terikat melalui ikatan rangkap tiga, dan masing-masing atom karbon mempunyai hibridisasi orbital sp untuk ikatan sigma. Hal ini mengakibatkan keempat atom pada asetilena terletak pada satu garis lurus, dengan sudut C-C-H sebesar 180°. Propan Propana yaitu senyawa alkana tiga karbon (C3H8) yang berwujud gas dalam keadaan normal, tapi sanggup dikompresi menjadi cairan yang gampang dipindahkan dalam kontainer yang tidak mahal. Senyawa ini diturunkan dari produk petroleum lain pada pemrosesan minyak bumi atau gas alam. Propana umumnya digunakan sebagai materi bakar untuk mesin, barbeque (pemanggang), dan di rumah-rumah. 3. Peralatan Las Oksi Asetilin Tabung Gas Tabung gas berfungsi untuk menampung gas atau gas cair dalam kondisi bertekanan. Umumnya tabung gas dibuat dari Baja, tetapi kini ini


sudah banyak tabung-tabung gas yang terbuat dari paduan Alumunium. Tabung gas tersedia dalam bentuk bermacam-macam mulai berukuran kecil hingga besar. Ukuran tabung ini dibuat berbeda lantaran diadaptasi dengan kapasitas daya tampung gas dan juga jenis gas yang ditampung. Untuk membedakan tabung gas apakah didalamnya berisi gas Oksigen, Asetilen atau gas lainya sanggup dilihat dari isyarat warna yang ada pada tabung itu. Katup Tabung Sedang pengatur keluarnya gas dari dalam tabung maka digunakan katup. Katup ini ditempatkan tepat dibagian atas dari tabung. Pada tabung gas Oksigen, katup biasanya dibuat dari material Kuningan, sedangkan untuk tabung gas Asetilen, katup ini terbuat dari material Baja.

Regulator Regulator atau lebih tepat dikatakan Katup Penutun Tekan, dipasang pada katub tabung dengan tujuan untuk tekann

mengurangi atau

menurunkan

hingga mencapai tekana kerja torch. Regulator ini juga berperan untuk

mempertahankan besarnya tekanan kerja selama proses pengelasan atau

pemotongan. Bahkan jikalau tekanan dalam tabung menurun, tekana kerja harus dipertahankan tetap oleh regulator. Pada regulator terdapat bagian-bagian menyerupai jalan masuk masuk, katup pengaturan tekan kerja, katup pengaman, alat pengukuran tekanan tabung, alat pengukuran tekanan kerja dan katup pengatur keluar gas menuju selang. Selang gas Untuk mengalirkan gas yang keluar dari tabung menuju torch digunakan selang gas. Untuk memenuhi

persyaratan keamanan, selang harus bisa menahan tekan kerja dan tidak gampang bocor. Dalam

pemakaiannya, selang dibedakan berdasarkan jenis gas yang dialirkan. Untuk memudahkan bagimana


membedakan selang Oksigen dan selang Asetilen mak cukup memperhatikan isyarat warna pada selang. Berikut ini diperlihatkan table yang berisi informasi perihal perbedaan warna untuk membedakan jenis gas yang mengalir dalam selang. Torch ( Pembakar ) Gas yang dialirkan melalui selang selanjutnya diteruskan oleh torch, tercampur didalamnya dan akhirnya pada ujuang nosel terbentuk nyala api. Dari keterangan diatas, toch mempunyai dua fungsi yaitu : • Sebagai pencampur gas oksigen dan gas materi bakar. • Sebagai pembentuk nyala api diujung nosel. Torch sanggup dapat dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan pembagian terstruktur mengenai berikut ini : Menurut cara/jalannya gas masuk keruang pencampur. Dibedakan atas : • Injector⎫ torch (tekanan rendah) Pada torch jenis ini, tekanan gas materi bakar selalu dibuat lebih rendah dari tekanan gas oksigen. • Equal pressure torch (torch⎫ bertekanan sama) Pada torch ini, tekanan gas oksigen dan tekanan gas materi bakar pada sisi jalan masuk masuk sama besar.proses pencampuran kedua gas dalam ruang pencampur berlangsung dalam tekanan yang sama. Menurut ukuran dan berat. Dibedakan atas : • Toch normal • Torch ringan/kecil Menurut jumlah jalan masuk nyala api. Dibedakan atas : • Torch nyala api tunggal • Torch nyala api jamak Menurut gas yang digunakan. Dibedakan atas : • Torch untuk gas asetilen • Torch untuk gas hydrogen, dan lain-lain. Menurut aplikasi. Dibedakan atas :


• Torch manual 
• Torch otomatik/semi otomatik Pematik api Las Alat yang berfungsi untuk menyalakan api las.

Tip Cleaner Alat ini berfungsi untuk membersihkan lubang lisan pembakar.

4. Proses Pengelasan Oksi Acetilin Menentukan nyala api 
• Nyala api Karburasi Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan maka di antara kerucut dalam dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala gres berwarna biru. Di antara kerucut yang menyala dan selubung luar akan terdapat kerucut antara yang berwarna keputih-putihan, yang panjangnya ditentukan oleh jumlah kelebihan asetilen. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya karburisasi pada logam cair. Nyala ini banyak digunakan dalam pengelasan logam monel, nikel, banyak sekali jenis baja dan bermacam-macam materi pengerasan permukaan non-ferous.


• Nyala api Netral Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilen sekitar satu. Nyala terdiri atas kerucut dalam yang berwarna putih bersinar dan kerucut luar yang berwarna biru bening. Oksigen yang diharapkan nyala ini berasal dari udara. Suhu maksimum setinggi 3300 hingga 3500 oC tercapai pada ujung nyala kerucut. 
• Nyala api oksidasi Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan nyala netral maka nyala api menjadi pendek dan warna kerucut dalam berkembang menjadi ungu. Nyala ini akan mengakibatkan terjadinya proses oksidasi atau dekarburisasi pada logam cair. Nyala yang bersifat oksidasi ini harus digunakan dalam pengelasan fusion dari kuningan dan perunggu namun tidak dianjurkan untuk pengelasan lainnya. Teknik Pengelasan 
• Posisi pengelasan di bawah tangan Pengelasan di bawah tangan yaitu proses pengelasan yang dilakukan di bawah tangan dan benda kerja terletak di atas bidang datar. Sudut ujung pembakar (brander) terletak diantara 60° dan kawat pengisi (filler rod) dimiringkan dengan sudut antara 30° - 40° dengan benda kerja. Kedudukan ujung pembakar ke sudut sambungan dengan jarak 2 – 3 mm supaya terjadi panas maksimal pada sambungan. Pada sambungan sudut luar, nyala diarahkan ke tengah sambungan dan gerakannya yaitu lurus. 
• Posisi pengelasan datar ( horizontal ) Pada posisi ini benda kerja berdiri tegak sedangkan pengelasan dilakukan dengan arah mendatar sehingga cairan las cenderung mengalir ke bawah, untuk itu ayunan brander sebaiknya sekecil mungkin. Kedudukan brander terhadap benda kerja menyudut 70° dan miring kira-kira 10° di bawah garis mendatar, sedangkan kawat pengisi dimiringkan pada sudut 10° di atas garis mendatar.


• Posisi pengelasan tegak ( vertical ) Pada pengelasan dengan posisi tegak, arah pengelasan berlangsung ke atas atau ke bawah. Kawat pengisi ditempatkan antara nyala api dan tempat sambungan yang bersudut 45°-60° dan sudut brander sebesar 80°. 
• Posisi pengelasan di atas kepala ( Overhead ) Pengelasan dengan posisi ini yaitu yang paling sulit dibandingkan dengan posisi lainnya dimana benda kerja berada di atas kepala dan pengelasan dilakukan dari bawahnya. Pada pengelasan posisi ini sudut brander dimiringkan 10° dari garis vertikal sedangkan kawat pengisi berada di belakangnya bersudut 45°-60°. 
• Pengelasan arah ke kiri ( maju ) Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan ke kiri dengan membentuk sudut 60° dan kawat las 30° terhadap benda kerja sedangkan sudut melintangnya tegak lurus terhadap arah pengelasan. Cara ini banyak digunakan lantaran cara pengelasannya gampang dan tidak membutuhkan posisi yang sulit ketika mengelas.
 • Pengelasan arah ke kanan ( mundur ) Cara pengelasan ini yaitu arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke kiri. Pengelasan dengan cara ini diharapkan untuk pengelasan baja yang tebalnya 4,5 mm ke atas.  
• Operasi Branzing ( Flame Brazing ) Yang dimaksud dengan branzing disini ada lah proses penyambunngan tanpa mencairkan logaminduk yang disambung, hanya logam p eng isi saja. Misalnya saja proses penyambungan pelat baja yang menggunakan kawat las dari kuningan. Ingat bahwa titik cair Baja ( ± 1550 °C) lebih tinggi dari kuningan ( sekitar 1080°C). dengan perbedaan titik car itu, proses branzing, akan lebih gampang dilaksanakan daripada proses pengelasan.  
• Operasi Pemotongan Logam ( Flame Cut ) Kasus pemotongan logam sesungguhnya dap at dilakukan dengan banyak sekali dan pola cara. Proses penggergajian (shearingsewing) menggunting dari proses merupakan pemotongan logam dan lembaran logam. Proses menggunting hanya cocok diterapkan pada lembaran logam yang ketebalannya tipis.  Proses penggergajian sanggup diterapkan pada pelat yang lebih tebal tetapi memerlukan waktu pemotongan yang lebih lama.  Untuk sanggup memotong pelat tebal denngan waktu lebih singkat dari cara gergaji maka digunakan las gas ini dengan peralatan khusus contohnya mengganti torchnya ( dibengkel-bengkel menyebutnya brender ).  Pemotongan pelat logam dengan nyala api ini dilakukan dengan memperlihatkan suplai gas Oksigen berlebih. Pemberian gas Oksigen lebih, sanggup diatur pada torch yang memang dibuat untuk keperluan memotong.
 • Operasi Perluasan ( Flame Gauging ) Operasi ekspansi dan pencukilan ini biasanya diterapkan pada produk/komponen logam yang terdapat cacat/retak permukaannya. Retak/cacat tadi sebelum ditambal kembali dengan pengelasan, terlebih dahulu dicukil atau diperluas untuk tujuan menghilangkan retak itu. Setelah retak dihilangkan barulah kemudian alur hasil pencungkilan tadi diisi kembali dengan logam las.

• Operasi Pelurusan ( Flame Straightening ) Operasi pelurusan dilaksanakan dengan memperlihatkan panas pada komponen

dengan bentuk pola pemanasan tertentu. Ilustrasi dibawah ini menunjukkan

prinsip dasar pemuaian dan pengkerutan pada suatu logam batang. Batang lurus dipanaskan dengan pola pemanasan segitiga. Logam cenderung memuai pada ketika dipanaskan. Daerah pemanasan tersebut menghasilkan

pemuaian yang besar. Logam mengkerut pasa ketika didinginkan. Daerah pemanasan terbesar.


Keuntungan mengelas Oksi Asetilin 
• peralatan relatif murah dan memerlukan pemeliharaan minimal/sedikit. 
• Cara penggunaannya sangat mudah, tidak memerlukan teknik-teknik pengelasan yang tinggi sehingga gampang untuk dipelajari. 
• Praktis dibawa dan sanggup digunakan di lapangan maupun di pabrik atau di bengkel-bengkel lantaran peralatannya kecil dan sederhana 
• Dengan teknik pengelasan yang tepat hampir semua jenis logam sanggup dilas dan alat ini sanggup digunakan untuk pemotongan maupun penyambungan.


BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah penulis membaca dari semua acuan yang di dapatkan dan dari penyusunan makalah ini maka penulis sanggup menyimpulkan bahwa : Pada akhirnya penulis mengetahui Pengertian las listrik, alat-alat yang digunakan pada proses pengelasan las listrik, Posisi pengelasan laslstrik, tingkat kesususahan dalam pengelasan las listrik serta keselamatan kerja yang semestinya dilaksanakan dalam proses pengelasan las listrik. Penulis akhirnya sanggup mengetahui pengertian las gas, perlengkapan yang digunakan pada praktik las gas, jenis-jenis nyala api, serta posisi pengelasan pada proses las gas.

B. Saran Adapun saran-saran yang sanggup diberikan kepada pembaca makalah ini sebagai berikut : Dalam pembuatan makalah diharapkan kerja keras dalam mencari banyak sekali acuan supaya makalah yang dibuat lebih baik. Pelajari makalah yang telah dibuat, supaya sanggup menambah wawasan lagi


DAFTAR PUSTAKA
Cary Howard B, “Modern Welding Technology” Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey Q7632, USA, 1994. 
Messler R.W, Jr., “Principles of Welding” John Wiley & Sons, Inc. USA, 1999.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel