Strategi, Model, Dan Penilaian Pendidikan Anak Berbakat

Berikut ulasan mengenai bahan berguru perihal Strategi, Model, dan Evaluasi Pendidikan Anak Berbakat, yang sanggup kalian jadikan pola untuk belajar. Silahkan disimak!

Pendidikan anak berbakat bertujuan semoga anak menguasai sistem konseptual dalam banyak sekali mata pelajaran, anak bisa berbagi keterampilan dan taktik yang memungkinkan mereka menjadi lebih mandiri, keatif dan memenuhi kebutuhannya sendiri, anak harus berbagi suatu kesenangan dan gairah berguru yang akan membawa mereka kepada kerja keras.

Menurut Depdiknas dalam Syamsu Yusuf tujuan pendidikan bagi anak berbakat yaitu sebagai berikut:

1. Tujuan Umum
  1. Memenuhi kebutuhan akseptor didik yang mempunyai karakterisitik spesifik dari segi perkembangan kognitif dan afektif.
  2. Memenuhi hak asasi akseptor didik yang sesuai dengn kebutuhan pendidikan bagi dirinya sendiri.
  3. Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan akseptor didik
  4. Memenuhi kebutuhan aktualisai diri pesera didik
  5. Menimbang kiprah akseptor didik sebagai aset masyarakat dan kebutuhan masyarakat untuk pengisian peran
  6. Menyiapkan akseptor didik sebagai pemimin masa depan.

2. Tujuan Khusus
  1. Memberikan pengarahan untuk sanggup menuntaskan jadwal pendidikan secara cepat sesuai dengan potensinya.
  2. Meningkatkan efisien dan efektivitas proses pembelajaran akseptor didik.
  3. Mencegah rasa bosan terhadap iklim yang terang kurang mendukung berkembangnya potensi keunggulan akseptor didik secara optimal
  4. Memacu siswa untuk meningkatkan kecerdasan intelektual, spiritulal dan emosionalnya secara seimbang.


1. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak berbakat sangat mendorong anak tersebut untuk berprestasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan taktik pembelajaran yaitu sebagai berikut.
a. Pembelajaran anak berbakat harus diwarnai dengan kecepatan dan tingkat kompleksitas yang lebih sesuai dengan kemampuannya yang lebih tinggi dari anak normal.  
b. Pembelajaran pada anak berbakat tidak saja berbagi kecerdasan intelektual semata, tetapi pengembangan kecerdasan emosional juga patut menerima perhatian.
c. Pembelajaran anak berbakat berorientasi pada modifikasi proses, isi/content, dan  produk.

Sehubungan  dengan  itu,  M. Soleh  YAI (1996) dalam https://wikitugas.blogspot.com//search?q=makalah-anak-berbakat mengemukakan 3 jenis modifikasi sebagai berikut. Modifikasi  proses  adalah  metodologi  atau  cara  guru  mengajar termasuk  cara  mempresentasikan  isi  materi  kepada  siswa  yang berorientasi  kepada  berpikir  tingkat  tinggi,  banyak  pilihan, mengupayakan penemuan, mendukung kecerdikan sehat atau argumentasi, kebebasan  memilih,  interaksi  kelompok  dan  simulasi,  serta kecepatan dan variasi proses. Modifikasi  isi  adalah  modifikasi  dalam  materi  pembelajaran  baik berupa  ide,  konsep  maupun  fakta.  Pembelajaran  dimulai  dari  hal yang konkret, menuju ke hal yang kompleks, ajaib dan bervariasi. Modifikasi  produk  atau  hasil  adalah  produk  kurikulum  yang  tidak sanggup  dipisahkan  dari  isi  materi  dan  proses  pembelajaran  yang dikembangkan  dan  merupakan  hasil  dari  proses  yang  dievaluasi untuk menentukan efektivitas satu program.


2. Model Pembelajaran

Pendidikan bagi anak berbakat sanggup dilaksanakan dengan banyak sekali model, menyerupai akselarasi, pengayaan dan pengelompokan menurut kemampuan.

a. Model Akselarasi atau percepatan
Akselarasi tidah hanya diartikian sebagai cara untuk mempercepat penyelesaian studi semoga lulus lebih awal, tetapi lebih menekankan kepada kebutuhan berguru siswa berbakat semoga meningkatkan produktivitas, efisiensi dan evektivitas berguru mereka, percepatan yang terjadi dalam berguru tanpa intervensi pendidikan dan mengurangi kebosanan atau kejenuhan dalam belajar.
Model akselarasi sanggup dilaksanakan dalam banyak sekali bentuk, meliputi:

b. Model Pengayaan
Melayani siswa yang mempunyai kemampuan unggul, sanggup dilakukan dengan jadwal pengayaan yaitu memperlihatkan tugas-tugas pemanis yang relevan dengan bidang studi yang diterimanya. Model pengayaan ini sanggup memenuhi cita-cita atau kebutuhan siswa dalam berbagi kemampuan intelektualnya, dengan tidak memisahkan mereka dari teman-teman sekelasnya.

c. Model Pengelompokan Berdasarkan Kemampuan
Siswa yang diidentifikasi berbakat dari semua tingkat kelas yang sama disuatu sekolah dikelompokan ke dalam satu kelas. Kelompok tersebut terdapat lima atau delapan anak. Jika lebih dari delapan anak sebaiknya mereka dikelompokan menjadi dua kelompok. Setiap kelompok dibimbing oleh guru yang mempunyai kemampuan atau keterampilan khusus untuk mengajar atau membimbing para siswa yang berkemampuan luar biasa.

Terdapat pula model atau sistem penyelenggaraan pendidikan bagi anak berbakat atau cemerlang adalah:

a. Sekolah khusus
Dari sudut manajemen sekolah gampang diatur. Namun dari sudut anak banyak kerugiannya alasannya dengan mengikuti pendidikan khusus, anak terlempar jauh dari lingkungan sosialnya dan menjadi anggota kelompok sosial khusus dan istimewa. Perkembangan aspek kepribadian sangat mengkhawatirkan alasannya kurangnya kemungkinan anak untuk mendefinisikan aspek-aspek kepribadian seluas-luasnya. Dalam hal ini bisa dicapai melaui pergaulan, nilai sebagai anggota masyarakat, ia akan gampang merasa sebagai anggota masyarakat dengan kelas dan tingkatan.

b. Kelas khusus
Pada model ini kurikulum dibentuk khusus demikian pula dengan guru-gurunya. Keuntungannya ialah gampang mengatur pelaksanaannya dan pada murid sendiri merasa ada persaingan dengan teman-temannya yang seimbang kemampuannya dan jumlah pelajaran serta kecepatan dalam menyelesaiakan suatu mata pelajaran bisa diadaptasi dengan keadaan dan kebutuhan anak. Kerugia akan terjadi pada anak-ana normal yang sebaya, sehingga proses sosialisasi di sekolah menjadi berkurang. Perlakuan istimewa oleh pihak sekolah dan guru-guru menjadikan perasaan harga diri yang berlebihan. Karena dalam kenyataannya beliau berada dalam kelas yang eksekutif, tersendiri dan sulit menyesuaikan diri.

c. Kelas terintegrasi
Cara ini bisa dilakukan di setiap sekolah alasannya anak berbakat mengikuti secara penuh jadwal di sekolah dan sesudah itu memperoleh pelajaran pemanis dikelas khusus.  Waktu belajarnya bertambah dan mata pelajaran dasar atau yang bekerjasama dengan kemampuan khusus ditambah. Permasalahan yang muncul dalam penyelenggaraan pendidikan model terintegrasi atau inklusi yaitu bagaimana memperlihatkan perhatian kepada setiap individu anak dalam setting kelas yang relatif bermacam-macam kemampuannya. Implikasi dari penerapan model ini yaitu perlunya kurikulu yang fleksibel atau berdiferensi, yang bisa mengakomodasi belum dewasa normal maupun berbakat, dan guru-guru mempunyai kesiapan atau kemampuan untuk melayani siswa yang mempunyai keragaman karakterisitik tersebut.

Ohio Association for Gifed Children mengajukan beberapa alternatif perihal jadwal pendidikan anak berbakat, sebagai berikut:
a. Akselarasi
b. Loncat kelas
c. Pengelompokan khusus
d. Curriculum Compating
e. Kurikulum Berdiferensi
f. Pengayaan
g. Post-Scondary Enrollment Option
h. Pull out program
i. Resource Room/ Area
j. Selft Containned Classroom

Alternatif perihal jadwal pendidikan anak berbakat yaitu sebagai berikut:
a. Akselarasi (acceleration)
b. Loncat kelas (advanced Placement)
c. Pengelompokan khusus
d. Curriculum Chompacting
e. Kurikulum berdiferensi
f. Pengayaan
g. Post-Secondary Enrollment
h. Pull-out Program
i. Resource room/ Area
j. Selft-Contained Classroom


3. Evaluasi Pembelajaran

Proses  evaluasi  pada  anak  berbakat  tidak  berbeda  dengan  anak  pada umumnya,  namun  karena  kurikulum  atau  program  pelajaran  anak  berbakat berbeda dalam cakupan dan tujuannya maka diharapkan penerapan penilaian yang sesuai dengan keadaan tersebut.

Tujuan penilaian yaitu untuk mengetahui ketuntasan berguru anak berbakat. Sehubungan dengan hal itu Conny Semiawan, 1992 dalam https://wikitugas.blogspot.com//search?q=makalah-anak-berbakat mengemukakan bahwa instrumen dan mekanisme yang dipakai  mengacu pada ketuntasan berguru yaitu pengejawantahan dari kekhususan layanan pendidikan anak berbakat, hasil umpan balik untuk keperluan tertentu, pemantulan tingkat kemantapan penguasaan suatu bahan sesuai dengan sifat, keterampilan, dan kemampuan maupun kecepatan berguru seseorang. Model pengukuran menyerupai tersebut di atas yaitu pengukuran pola kriteria (criterion-reference). Sebaliknya ada pengukuran pola norma yang membandingkan keberbakatan seseorang dengan temannya. Kedua cara tersebut tidak selalu menunjuk hasil final yang diinginkan, melainkan merupakan petunjuk bidang mana yang sudah dikuasai individu sehingga memperlihatkan keterangan mengenai  taraf  kemampuan yang dicapai tanpa tergantung pada kinerja temannya.

Sekian artikel mengenai Strategi, Model, dan Evaluasi Pendidikan Anak Berbakat, yang sanggup kalian jadikan pola untuk belajar.
Lihat juga:
Kumpulan Artikel Tentang Guru

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel