Landasan Pendidikan Anak Usia Dini (Paud)

Berikut ulasan mengenai materi berguru wacana Landasan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yang sanggup kalian jadikan pola untuk belajar. Silahkan disimak!

1. Landasan Yuridis

Adapun landasan yuridis wacana Pendidikan Anak Usia Dini sebagai berikut :

a. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
“Salah satu tujuan kemerdekaan yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.”

b. Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 C
“Setiap anak berhak menyebarkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak menerima pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.”

c. UU No. 23/2002 Tentang Perlindungan Anak Pasal 9 ayat (1)
“Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minta dan bakat.”

d. UU No 20/2003 pasal 28
  • Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar.
  • Pendidikan anak usia dini sanggup diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, non formal, dan/atau informal.
  • Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK), Raudhatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat.
  • Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan non formal berbentuk kelompok bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat.
  • Pendidikan anak usia dini pada jalur informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.

2. Landasan Filosofis

Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memanusiakan manusia. Artinya melalui proses pendidikan diharapkan terlahir manusia-manusia yang baik. Standar insan yang “baik” berbeda antar masyarakat, bangsa atau negara, sebab perbedaan pandangan filsafah yang menjadi keyakinannya. Perbedaan filsafat yang dianut dari suatu bangsa akan membawa perbedaan dalam orientasi atau tujuan pendidikan. Bangsa Indonesia yang menganut falsafah Pancasila berkeyakinan bahwa pembentukan insan Pancasila menjadi orientasi tujuan pendidikan yaitu menimbulkan insan Indonesia seutuhnya.

Bangsa Indonesia juga sangat menghargai perbedaan dan menyayangi demokrasi yang terkandung dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang maknanya “berbeda tetapi satu.” Dari semboyan tersebut bangsa Indonesia juga sangat menjunjung tinggi hak-hak individu sebagai mahluk Tuhan yang tak bisa diabaikan oleh siapapun. Anak sebagai mahluk individu yang sangat berhak untuk mendaptkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Dengan pendidikan yang diberikan diharapkan anak sanggup tumbuh sesuai dengan potensi yang dimilkinya, sehingga kelak sanggup menjadi anak bangsa yang diharapkan.

Melalui pendidikan yang dibangun atas dasar falsafah pancasila yang didasarkan pada semangat Bhineka Tunggal Ika diharapkan bangsa Indonesia sanggup menjadi bangsa yang tahu akan hak dan kewajibannya untuk bisa hidup berdampingan, tolong menolong dan saling menghargai dalam sebuah harmoni sebagai bangsa yang bermartabat. Sehubungan dengan pandangan filosofis tersebut maka kurikulum sebagai alat dalam mencapai tujuan pendidikan, pengembangannya harus memperhatikan pandangan filosofis bangsa dalam proses pendidikan yang berlangsung.


3. Landasan Keilmuan

Landasan keilmuan yang mendasari pentingnya pendidikan anak usia dinii didasarkan kepada beberapa inovasi para hebat wacana tumbuh kembang anak. Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak sanggup dilepaskan kaitannya dengan perkembangan struktur otak. Menurut Wittrock (Clark, 1983), ada tiga wilayah perkembangan otak yang semakin meningkat, yaitu pertumbuhan serabut dendrit, kompleksitas kekerabatan sinapsis, dan pembagian sel saraf. Peran ketiga wilayah otak tersebut sangat penting untuk pengembangan kapasitas berpikir manusia. Sejalan dengan itu Teyler mengemukakan bahwa pada ketika lahir otak insan berisi sekitar 100 milyar hingga 200 milyar sel saraf. Tiap sel saraf siap berkembang hingga taraf tertinggi dari kapasitas insan jikalau menerima stimulasi yang sesuai dari lingkungan.

Jean Piaget (1972) mengemukakan wacana bagaimana anak belajar:“ Anak berguru melalui interaksi dengan lingkungannya. Anak seharusnya bisa melaksanakan percobaan dan penelitian sendiri. Guru bisa menuntun bawah umur dengan menyediakan bahan-bahan yang tepat, tetapi yang terpenting biar anak sanggup memahami sesuatu, ia harus membangun pengertian itu sendiri, dan ia harus menemukannya sendiri.” Sementara Lev Vigostsky meyakini bahwa : pengalaman interaksi sosial merupakan hal yang penting bagi perkembangan proses berpikir anak. Aktivitas mental yang tinggi pada anak sanggup terbentuk melalui interaksi dengan orang lain. Pembelajaran akan menjadi pengalaman yang bermakna bagi anak jikalau ia sanggup melaksanakan sesuatu atas lingkungannya.

Howard Gardner menyatakan wacana kecerdasan jamak dalam perkembangan insan terbagi menjadi: kecerdasan bodily kinestetik, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan naturalistik, kecerdasan logiko – matematik, kecerdasan visual – spasial, kecerdasan musik. paud-pendidikan-anak-usia-dini Dengan demikian perkembangan kemampuan berpikir insan sangat berkaitan dengan struktur otak, sedangkan struktur otak itu sendiri dipengaruhi oleh stimulasi, kesehatan dan gizi yang diberikan oleh lingkungan sehingga kiprah pendidikan yang sesuai bagi anak usia dini sangat diperlukan.

Sekian artikel mengenai Landasan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yang sanggup kalian jadikan pola untuk belajar.
Lihat juga:
Kumpulan Artikel Tentang Pendidikan

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel