Sejarah Sastra Pra-Islam Resume
Bangsa Arab berada pada ujung selatan benua Asia, atau yang kini dikenal dengan benua arab, alasannya air mengalir dari tiga arah, yaitu arah timur dari sungai furath dan sebagian dari samudra India. Begitu juga dari arah selatan mengalir dari samudra India langsung, adapun dari barat mengalir air dari bahari merah. Sedangkan dari arah utara dibatasi oleh Surya. Orang-orang arab pada zaman dahulu membagi negerinya menjadi lima bab besar atau lima distrik, yaitu :Tahamah, Hijaz, Najd, ‘Arudh, dan Yaman. Pembagian lima tempat ini menurut pada tata letak gunung Sarrah. Sejak zaman dahulu tempat arab populer dengan wilayahnya yang tidak bersahabat, kondisi geografisnya penuh dengan padang pasir sahara. Tapi diantara sekian tempat itu ada satu tempat yang paling subur yaitu di tempat Yaman, bahkan orang-orang arab pada zaman dulu menyebut tempat ini sebagai ¬Yaman Al Khadra’ atau Yaman yang hijau, ini semua alasannya banyak sekali flora yang mestinya tidak bisa tumbuh di tempat arab lainya bisa tumbuh di tempat Yaman. Daerahnya penuh dengan flora dan rerumputan yang sanggup menggemukkan ternak mereka.
Sebagian peneliti membagi orang arab menjadi dua bagian, yaitu orang Arab orisinil dan selain orang indo-arab yang menetap di tempat arab. Akan tetapi yang paling populer ialah orang arab dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
o Orang arab yang telah musnah, hanya bekasnya saja yang bisa kita temukan. Seperti suku Thasm, Jadis, ‘Adh, Stamud, ‘Amliq, dan ‘Abdu Dhakm. Bekas-bekasnya masih ada hingga kini menyerupai bangunan-bangunannya atau hanya namanya saja yang bisa kita dengarkan.
o Orang arab orisinil (‘Aribah). Mereka ialah keturunan Yu’rab bin Qihthan Abul Arab Al Aribah dan bapak dari orang-orang Yaman. Mereka masih hidup hingga kini di negeri Yaman, adapaun suku yang populer adlah suku Kahlan dan Hamir.
o Orang indo-arab (Al Musta’ribah) yang masih menetap di tempat arab padang pasir. Mereka ialah keturunan dari Nabi Ismail bin Ibrahim Alaihis Salam. Disebut dengan Ismailliyyin atau Adnaniyyin, diantara suku mereka yang populer ialah suku Rabi’ah, Mudhar, Iyyad, dan Anmar.
Selain pembagian diatas, masih terdapat lagi pembagian menurut kebudayaa. Sudah semenjak dahulu orang-orang arab membaginya menjadi dua bab yaitu; bangsa arab yang sudah memiliki kebudayaan yang modern, mereka sudah bisa menciptakan rumah paten dan hidup menetap di suatu tempat yang telah mereka sepakati bersama. Mereka sudah memiliki kebudayaan dan adab istiadat sendiri. Sedangkan pembagian yang kedua ialah orang-orang arab baduwy yang hidupnya selalu berpindah-pindah (nomeden). Mereka berpindah dari tempat satu ke tempat yang lainnya untuk mencari rerumputan dan minuman untuk ternak mereka, mereka tidak bisa menetap pada suatu temapat, alam yang gersang dan binatang yang ganas telah menjadi sobat mereka. Bahkan hidup mereka semakin antic dengan persahabatannya dengan alam yang ganas. Orang-orang baduwi populer dengan kefasihannya, dari verbal mereka keluar berlian-berlian keindahan kata-kata yang sagat menarik. Hingga ketika ini bahasa-bahasa mereka yang menarik telah dijadikan dalam bentuk syair-syair dan lainnya.
Bahasa Fushah Menjadi Bahasa Pemersatu Di Dataran Arab
Sejak dulu bahasa menjadi dilema pokok dalam kehidupan manusia, dengan bahasa insan akan bisa berinteraksi dan berafiliasi dengan lainnya. Bahasa arab ialah salah satu dari bahasa Semith yang masih ada hingga sekarang, yang dimaksud dengan bahasa Semith ialah bahasa yang dipakai oleh semua keturunan Nabi Syam bin Nuh alaaihis salam. Para andal bahasa berbeda pendapat dalam memilih siapa dan bahasa mana yang fushah diantara bahasa arab yang begitu banyak itu. Mereka beropini bahwa orang yang pertama kali melafadzkan bahasa arab ialah Nabi Adam Alaihis salam, akan tetapi pendapat ini ditentang oleh Ibn Salam. Ia beropini orang pertama kali yang berbicara dengan memakai bahasa arab ialah Yu’rab bin Qihthan. Yunus An Nahwi beropini bahwa orang yang pertama kali berbicara dengan bahasa arab ialah Nabi Ismail bin Ibrahim Alaihimas salam. Diantara ketiga pendapat ini hanya dua pendapat yang kuat, yaitu pendapat kedua dan ketiga, akan tetapi pendapat ketiga memiliki kelemahan yang mendasar, mana mungkin orang yang gres masuk ke suatu tempat menjadi seorang yang pertama kali berbicara memakai bahasa orang yang sudah menetap usang di tempat itu. Akhirnya andal bahasa menyepakati pendapat yang kedua yaitu pertama kali yang memakai bahasa arab ialah Yu’rab Bin Qihthan Abul Arab. Diantara dua bahasa arab yang dipakai oleh keturunan Yu’rab bin Qihthan dan Nabi Ismail bin Ibrahim itu para andal bahasa meneliti perbedaan antara bahasa yang dipakai dibelahan selatan dan utara. Terdapat perbedaan yang fundamental diantara keduanya, titik fundamental itu sanggup dilihat dari perbedaan ejaan (spelling), nahwu, dan perbedaan bahasa.
o Perbedaan ejaan (Spelling) : menyerupai kalimat (كلبة) diucapkan di Yaman dengan memakai Ta’ Marbutho, sedangkan di Hijaz (selatan) dengan Ta’ Maftihah (كلبت).
o Perbedaan Nahwu (Gramadial) : pergantian Nun Tanwin dengan Mim, menyerupai kalimat (نعمة) diucapkan di Yaman dengan memakai Nun Tanwin, adapun di Arab selatan (Hamiriyyah) diucapkan dengan menambah Mim (نعمتم).
o Perbedaan Lughawiyyah : Seperti mengucapkan Alif (افعل ) diucapkan di Arab selatan (hamiriyyah) dengan mengganti abjad Alif dengan Ha’ (هفعل). Sedangkan di Yaman masih tetap terucap dengan memakai Alif.
Sebagian peneliti membagi orang arab menjadi dua bagian, yaitu orang Arab orisinil dan selain orang indo-arab yang menetap di tempat arab. Akan tetapi yang paling populer ialah orang arab dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
o Orang arab yang telah musnah, hanya bekasnya saja yang bisa kita temukan. Seperti suku Thasm, Jadis, ‘Adh, Stamud, ‘Amliq, dan ‘Abdu Dhakm. Bekas-bekasnya masih ada hingga kini menyerupai bangunan-bangunannya atau hanya namanya saja yang bisa kita dengarkan.
o Orang arab orisinil (‘Aribah). Mereka ialah keturunan Yu’rab bin Qihthan Abul Arab Al Aribah dan bapak dari orang-orang Yaman. Mereka masih hidup hingga kini di negeri Yaman, adapaun suku yang populer adlah suku Kahlan dan Hamir.
o Orang indo-arab (Al Musta’ribah) yang masih menetap di tempat arab padang pasir. Mereka ialah keturunan dari Nabi Ismail bin Ibrahim Alaihis Salam. Disebut dengan Ismailliyyin atau Adnaniyyin, diantara suku mereka yang populer ialah suku Rabi’ah, Mudhar, Iyyad, dan Anmar.
Selain pembagian diatas, masih terdapat lagi pembagian menurut kebudayaa. Sudah semenjak dahulu orang-orang arab membaginya menjadi dua bab yaitu; bangsa arab yang sudah memiliki kebudayaan yang modern, mereka sudah bisa menciptakan rumah paten dan hidup menetap di suatu tempat yang telah mereka sepakati bersama. Mereka sudah memiliki kebudayaan dan adab istiadat sendiri. Sedangkan pembagian yang kedua ialah orang-orang arab baduwy yang hidupnya selalu berpindah-pindah (nomeden). Mereka berpindah dari tempat satu ke tempat yang lainnya untuk mencari rerumputan dan minuman untuk ternak mereka, mereka tidak bisa menetap pada suatu temapat, alam yang gersang dan binatang yang ganas telah menjadi sobat mereka. Bahkan hidup mereka semakin antic dengan persahabatannya dengan alam yang ganas. Orang-orang baduwi populer dengan kefasihannya, dari verbal mereka keluar berlian-berlian keindahan kata-kata yang sagat menarik. Hingga ketika ini bahasa-bahasa mereka yang menarik telah dijadikan dalam bentuk syair-syair dan lainnya.
Bahasa Fushah Menjadi Bahasa Pemersatu Di Dataran Arab
Sejak dulu bahasa menjadi dilema pokok dalam kehidupan manusia, dengan bahasa insan akan bisa berinteraksi dan berafiliasi dengan lainnya. Bahasa arab ialah salah satu dari bahasa Semith yang masih ada hingga sekarang, yang dimaksud dengan bahasa Semith ialah bahasa yang dipakai oleh semua keturunan Nabi Syam bin Nuh alaaihis salam. Para andal bahasa berbeda pendapat dalam memilih siapa dan bahasa mana yang fushah diantara bahasa arab yang begitu banyak itu. Mereka beropini bahwa orang yang pertama kali melafadzkan bahasa arab ialah Nabi Adam Alaihis salam, akan tetapi pendapat ini ditentang oleh Ibn Salam. Ia beropini orang pertama kali yang berbicara dengan memakai bahasa arab ialah Yu’rab bin Qihthan. Yunus An Nahwi beropini bahwa orang yang pertama kali berbicara dengan bahasa arab ialah Nabi Ismail bin Ibrahim Alaihimas salam. Diantara ketiga pendapat ini hanya dua pendapat yang kuat, yaitu pendapat kedua dan ketiga, akan tetapi pendapat ketiga memiliki kelemahan yang mendasar, mana mungkin orang yang gres masuk ke suatu tempat menjadi seorang yang pertama kali berbicara memakai bahasa orang yang sudah menetap usang di tempat itu. Akhirnya andal bahasa menyepakati pendapat yang kedua yaitu pertama kali yang memakai bahasa arab ialah Yu’rab Bin Qihthan Abul Arab. Diantara dua bahasa arab yang dipakai oleh keturunan Yu’rab bin Qihthan dan Nabi Ismail bin Ibrahim itu para andal bahasa meneliti perbedaan antara bahasa yang dipakai dibelahan selatan dan utara. Terdapat perbedaan yang fundamental diantara keduanya, titik fundamental itu sanggup dilihat dari perbedaan ejaan (spelling), nahwu, dan perbedaan bahasa.
o Perbedaan ejaan (Spelling) : menyerupai kalimat (كلبة) diucapkan di Yaman dengan memakai Ta’ Marbutho, sedangkan di Hijaz (selatan) dengan Ta’ Maftihah (كلبت).
o Perbedaan Nahwu (Gramadial) : pergantian Nun Tanwin dengan Mim, menyerupai kalimat (نعمة) diucapkan di Yaman dengan memakai Nun Tanwin, adapun di Arab selatan (Hamiriyyah) diucapkan dengan menambah Mim (نعمتم).
o Perbedaan Lughawiyyah : Seperti mengucapkan Alif (افعل ) diucapkan di Arab selatan (hamiriyyah) dengan mengganti abjad Alif dengan Ha’ (هفعل). Sedangkan di Yaman masih tetap terucap dengan memakai Alif.