Permasalahan Pada Anak Berbakat

Berikut ulasan mengenai bahan berguru wacana Permasalahan Pada Anak Berbakat, yang sanggup kalian jadikan pola untuk belajar. Silahkan disimak!

Kerentanan (vulnerability) anak berbarkat terletak dalam tingkat kemungkinan yang lebih tinggi akan ketegangan emosional dan konflik sosial yang memerlukan tingkat penyesuaian yang tinggi biar tidak mengganggu kesehatan mental dan berfungsinya secara umum. Kerentanan ini tampak pada semua anak berbakat, tetapi kebanyakan dari mereka bisa memakai kekuatan intelektual unggul mereka untuk penyesuaian diri secara efektif. Namun, sebagian dari mereka kurang berhasil dalam penyesuaian diri ini disebabkan oleh konflik yang mereka alami.

Menurut Utami Munandar, 2009 mengemukaakn ada tiga faktor yang menimbulkan anak berbakat dalam keadaan rentan merupakan ciri kepribadian yang sanggup menimbulkan kesulitan, menimbulkan ketegangan bagi anak berbakat yaitu:


1. Karakteristik kepribadian yang menimbulkan kerentanan anak berbakat ialah:

a. Perfeksionisme
Dorongan dalam untuk mencapai kesempurnaan menciptakan siswa berbakat tidak putus asa dengan prestasinya yang tidak sanggup memenuhi tujuan-tujuan pribadinya. Dorongan akan kesempurnaan ini sanggup menimbulkan anak berbakat hanya mau menentukan acara tertentu jikalau ia yakin akan bisa berhasil. Kritik terhadap diri sendiri yang berlebih dan taraf aspirasi yang tidak realitis menciptakan banyak anak berbakat diliputi rasa tidak mampu.

b. Kepekaan yang berlebihan (supersensitivity)
Sistem saraf yang super sensitif dari anak berbakat membuatnya lebih peka dalam pengamatan, menanggapi dirinya dan lingkungannya secara analitis dan kritis, sehingga ia menjadi gampang tersinggung dan diliputi perasaan menyerupai dikucilkan. Anak kecil yang berbakat sering digambarkan sebgai anak yang hiperraktif dan perhatiannya gampang beralih

c. Kurang keterampilan sosial
ada anak berbakat yang sulit menyesuaikan dirinya dengan lingkungn sosialnya, mereka lebih banyak menyendiri dan sanggup dihinggapi rasa kesendirian dn kesunyian. Di lain pihak ada pula anak berbakat yang ingin terkenal dan menjadi pimpinan, hal ini sanggup mengarah kekecenderungan untuk mendominasi kelompoknya. Sosialisasi dini dari anak berbakat sagat penting bagi perkembangan mereka sebagai pemimpin masa depan. Mereka memerlukan bimbingan orang sampaumur untuk membantu mereka berguru bagaimana berperanserta sebagai anggota kelompok, disamping juga memenuhi kebutuhan pribadi mereka.


2. Kondisi lingkungan yang sanggup menyulitkan anak berbakat ialah:

a. Isolasi sosial
Karena kurang memahami ciri-ciri dan kebutuhan anak berbakat, orang sampaumur dalam sikap dan sikap mereka sanggup memperlihatkan sentimen atau penolakan terhadap anak berbakat. Demikian pula kelompok sebaya sanggup memberi tekanan terhadap anggota kelompokyang menyimpang dari mayoritas, yang kreatif dan berbakat. Kondisi ini sanggup menimbulkan anak berbakat mengalami isolasi sosial.

b. Harapan yang tidak realistis
Harapan atau tuntutan yang tidak realistis terhadap anak berbakat dari pihak orang renta atau orang sampaumur lainnya sanggup terjadi karena dua hal:
1) Kecenderungan untuk menggeneralisasi sehingga anak berbakat diharapkan/dituntut menonjol dalam semua bidang.
2) Pelibtan ego orang renta atau guru terhadap keberhasilan anak (ingin merasa besar hati atas prestasi anak)
c. Tidak tersedia pelayanan pendidikan yang sesuai
Ketidakpedulian terhadap kebutuhan anak berbakat dan penolakan terhadap hak-hak mereka menimbulkan masyarakat kurang memperlihatkan kesempatan pendidikan yang sesuai bagi anak berbakat. Akibat dari keterlantaran ini yakni bahwa siswa berbakat harus menuntaskan pendidikan formal mereka dalam sekolah yang lebih menekankan konformitas terhadap “yang rata-rata”. Dalam iklim sosial ini anak “berbeda”, hal ini sanggup memiliki dampak negatif terhadap kesehatan mentalnya maupun terhadap pertumbuhan dan perkembangannya secara menyeluruh.

Dapat pula dikategorikan menjadi 2, yaitu internal problem dan eksternal problem.

Internal Problems
  1. Univen Development
  2. Perr Relations
  3. Excessive Self-Criticsm
  4. Perfectionism
  5. Avoidance of risk-Taking
  6. Multipotentiality
  7. Gifted Children with Disabilities

Exsternal Problems
  1. School culture and Norms
  2. Expectation by Others
  3. Perr Relations
  4. Depression
  5. Family Relations

Terkait dengan problem anak berbakat Ohio’s State Board of Education telah melaksanakan penelitian, yang akhirnya memperlihatkan bahwa
  1. banyak anak berbakat mengalami “drop out” dari sekolah, karena tidak memperoleh layanan akademik atau pembelajaran yang dibutuhkan,
  2. anak berbakat yang tidak mendapatkan tantangan, atau stimulasi yang sanggup menyebarkan potensinya cenderung kurang siap mendapatkan tantangan, tugas-tugas sekolah yang lebih tinggi
  3. 85% anak berbakat mengalami “underaciver” karena mereka tidak memperoleh layanan pendidikan yang diharapkan, dan
  4. Mereka sering mengalami rasa bosan, kurang bersemangat, frustasi, rasa marah, dan merasa kurang berharga.

Terdapat pula permasalahan anak berbakat yaitu:
  1. Kemampuan berpikir kritis sanggup mengarah ke arah sikap
  2. Meragukan (skeptis), baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain;
  3. Pemberian Label/ sebutan pada anak berbakat bahwa dirinya berbakat sanggup menimbulkan impian terhadap kemampuan anak dan sanggup menimbulkan beban mental pada dirinya dan kadang menjadikan frustasi.
  4. Resiko dan tekanan yang menyertai potensi intelegensi tinggi dan sering mengarahkan anak yang berpotensi tinggi untuk menjadi anak yang bersikap defensif.
  5. Kemampuan kreatif dan minat untuk melaksanakan hal-hal yang baru, bisa menimbulkan mereka tidak menyukai atau lekas bosan terhadap tugas-tugas rutin;
  6. Perilaku yang giat dan terarah pada tujuan, sanggup menjurus ke keinginan untuk memaksakan atau mempertahankan pendapatnya;
  7. Kepekaan yang tinggi, sanggup menciptakan mereka menjadi gampang tersinggung atau peka terhadap kritik;
  8. Semangat, kesiagaan mental, dan inisiatifnya yang tinggi, sanggup menciptakan kurang sabar dan kurang empati jikalau tidak ada acara atau jikalau kurang tampak kemajuan dalam acara yang sedang berlangsung;
  9. Dengan kemampuan dan minatnya yang beraneka ragam, mereka membutuhkan keluwesan serta pemberian untuk sanggup menjajaki dan menyebarkan minatnya;
  10. Keinginan mereka untuk berdikari dalam berguru dan bekerja, serta kebutuhannya akan kebebasan, sanggup menimbulkan konflik karena tidak gampang mengikuti keadaan atau tunduk terhadap tekanan dari orang tua, sekolah, atau temantemannya.
  11. Ia juga bisa merasa ditolak atau kurang dimengerti oleh lingkungannya;
  12. Sikap hirau tak hirau dan malas, sanggup timbul karena pengajaran yang diberikan di sekolah kurang mengundang tantangan baginya.

Sekian artikel mengenai Permasalahan Pada Anak Berbakat, yang sanggup kalian jadikan pola untuk belajar.
Lihat juga:
Kumpulan Artikel Tentang Guru

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel